- Back to Home »
- coretan »
- PAGLAK DAN KILING " BUDAYA AGRARIS SUKU OSING"
Posted by : Unknown
Jumat, 10 Januari 2014
Halo lare banyuwangi
isun bakal ngekek i informasi tentang paglak dan kiling , cek !
Budaya agraris merupakan jati diri bangsa ini, sebuah takdir yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta untuk Indonesia. Kondisi alam yang subur dengan iklim tropis yang bersahabat menjadikan budaya agraris sebagai sebuah reaksi masyarakat terhadap alam lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa ini juga menjadikan sebuah nikmat yang dikaruniakan oleh Sang Khaliq kepada insan negeri ini. Maka tak heran jika negara kepulauan dengan bentang alam yang penuh nikmat ini dikenal sebagai negara agraris. Sebagai sebuah reaksi terhadap alam, masayarakat dengan budaya agraris menjadikan rutinitas kehidupan bertani sebagai kegiatan utama yang mewarnai kehidupannya. Sehingga kegiatan agraris sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat Indonesia, baik secara mental fact seperti sistem sosial, kepercayaan, maupun yang bersifat fisik arti fact salah satunya arsitektur.
Paglak dan Kiling di desa Kemiren
Seperti yang terlihat pada kehidupan masyarakat kita, salah satunya masyarakat suku Using di Banyuwangi. Masyarakat Using dikenal sebagai masyarakat agraris yang hingga kini masih menampakkan tradisi masa lalunya. Paglak dan Kiling merupakan salah satu warisan tradisi arsitektur agraris yang berkembang di kalangan masyarakat Using dalam melengkapi aktivitas bertani. Paglak merupakan sebuah gubuk sederhana dengan ketinggian 2 meter hingga 6 meter, terbuat dari bambu dengan atap daun kelapa yang dikepang atau dalam bentuk welitan. Paglak biasa didirikan oleh petani suku Using di tengah sawah diantara pematang sawah, fungsi utama paglak sebagai tempat istirahat petani dan juga sebagai sarana untuk mengawasi tanaman padi dari gangguan burung. Paglak yang memilki ketinggian lebih dari 2 meter itulah memudahkan para petani mengawasi burung-burung pemakan padi. Biasanya pemilik paglak menambahkan angklung sebagai sarana penghibur sambil mengawasi padinya, sehingga disebut angklung paglak. Angklung paglak ini juga menjadi cikal bakal perkembangan kesenian angklung di Banyuwangi.
Kiling
Selain Paglak petani Using juga biasa mendirikan kiling di tengah sawah mereka, diantara pematang sawah atau didirikan diatas pohon sehingga mendapatkan angin. Kiling adalah sebutan kincir angin dalam bahasa Using. Kiling juga menjadi ciri khas wilayah teritori masyrakat agraris Using. Ketinggian killing sekitar 4 meter hingga 10 meter yang terbuat dari bambu, kayu dan atau pohon pinang. Untuk membuat killing menjadi lebih tinggi, biasanya petani memanfaatkan pohon pinang sebagai tiang utamnya, sedangkan untuk ketinggian sedang memafaatkan bambu, kincir utamanya atau bambu untuk ukuran yang lebih kecil. Ciri khas Kiling adalah bambu yang dihiasi oleh serabut-serabut ijuk atau alang-alang yang menjadi hiasan kiling. Kiling berfungsi untuk mengusir burung yang mengganggu padi akibat bunyi kincir yang tertiup angin.
Kiling dan paglak adalah salah satu ekpresi arsitektural masyarakat agraris Using dalam merespon kondisi lingkungan alam sekitanya. Memanfaatkan material alam disekitar tanpa merusak dan mengekspansi alam tetapi menjadikan alam lingkungan sebagai satu kesatuan harmoni kehidupan, dalam bingkai alunan musik angklung paglak dan suara kiling. Sebuah kejujuran, dan kesederhanaan masyarakat agraris bangsa ini. Jauh sebelum teori SUSTAINABILITY (keberlanjutan, kesinambungan) dalam bidang lingkungan binaan dicetuskan oleh ilmuwan barat, bangsa kita sudah memiliki teknologi yang memperhatikan aspek ekologi, sosial dan budaya masyarakatnya, sehingga aktivitas manusia tidak hanya menekankan pada ekploitasi alam semata.
Angklung Paglak
BUDAYA OSING BANYUWANGI
BUDAYA BANYUWANGI
sumber: ilovebanyuwangi.blog